Cuplikan posting
dari website teh Pewski (Febrianti Almeera) yang "Diuji Nasihat Sendiri" Ternyata, setiap
kata indah dan bijaksana, yang lahir atas bertambahnya pemahaman diri kita,
pasti akan divalidasi. Ya, divalidasi. Adakah ia yang meluncur dalam bentuk
rangkaian kata tersebut sudah menjadi sebuah perilaku yang kita sendiri
lakukan, ataukah masih hanya sekedar pengetahuan yang bahkan diri sendiri pun
belum tentu sanggup saat mengamalkannya.
Ya bener apa yang teh pewski tulis di websitenya, terkadang diri ini gampang banget kasih nasihat ke temen-temen, saudara atau orang lain. Tapi pernah ga se kalo kejadiannya diri lw yang ada di posisi yang di nasihati? apa sanggup apa bisa terima nya? Ketika lw nasihatin orang, lw harus ngaca dengan nasihat yang lw kasih ke orang lain. Jangan sampai ketika lw mengalami hal yang dialami oleh orang yang lw kasih nasihat sebelumnya dan lw ga kuat ngehadepinnya. aduuuuh malu mba bro, bisa-bisa di cap sama orang ngomong aja bisa, giliran ngadepinnya ga sanggup. alias "omdo".
Udah gitu nasihatin orang juga ada adab nya kaka, jangan didepan umum ketika kita nasihatin orang, ajak ngobrol berdua lalu nasihatin. Karena, bisa aja niat baik kita mau kasih tau kalo dia salah lah tapi kalo didepan umum sama aja buat malu dia. Ada kata-kata yang baru gw dapet entah dari hadis atau mana "seutama-utama jihad adalah ucapan yang benar yang disampaikan kepada pimpinan yang dzalim dan kalimat yang benar ini disampaikan dengan cara nasihat, nasihat itu bukan dibeberkan ditempat-tempat umum tapi nasiha itu disampaikan secara langsung one by one".
Tidak ada satu kalimatpun yang meluncur mulus
dari mulut kita, yang tidak akan divalidasi. Kesemuanya akan diuji. Adakah
kebijaksanaan yang kita sampaikan, apalagi masih dalam bentuk pengetahuan, itu
bisa juga kita laksanakan.. apabila dalam kondisi yang sama, justru kita yang
mengalaminya?
“Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” – QS. Saff: 3
Eits, tapi juga jangan jadi enggan
menyampaikan yang baik hanya karena takut divalidasi. Validasi perkataan,
tidaklah buruk. Ia justru diberlakukan agar kita teruji, sesuai dengan yang
kita katakan. Coba tengok fenomena saat ini, dimana orang-orang berlomba
memasang topeng dengan bertutur yang tak sesuai perilaku. Jangankan Allah,
tentu sebagai manusia pun kita pasti tak suka pada yang pandai berkata-kata,
tapi memiliki sikap tak semestinya. Atau bahasa lainnya.. nggak punya
integritas.
Allah Maha Baik. Dia menghadirkan validasi,
supaya apa yang kita katakan menjadi benar-benar apa yang kita kerjakan. Kita
jadi teruji. Kita jadi punya integritas. Dan bukan sembarang integritas,
melainkan integritas di hadapan-Nya. Maka pemahaman tentang hal ini bukan
menjadi hambatan bagi yang suka bertutur bijaksana menebar manfaat dan
kebaikan, melainkan menjadi secercah kabar bahagia.. bahwa ketika sampai sebuah
validasi atas perkataan, hadapi. Allah sedang menyangi kita dengan cara-Nya,
memampukan kita menapaki pertumbuhan diri dengan diuji nasihat sendiri.
Sumber Website Febrianti Almeera
0 comments:
Post a Comment