Proses cascading dapat dilakukan dalam 10
langkah yang berurutan, dengan tetap dimungkinkan untuk melakukan verifikasi
ulang secara dinamis. Langkah-langkah ini sifatnya tidak kaku, tetapi cukup
fleksibel sehingga dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi setiap
organisasi. Misalnya, pada saat GML Performance Consulting melakukan proses
cascading untuk sebuah organisasi publik, proses itu dilakukan dalam sepuluh
langkah, tetapi isinya sedikit berbeda dari langkah-langkah yang ada dalam buku
ini, karena telah disesuaikan dengan keadaan lembaga tersebut. Pada kesempatan
lain kami juga melakukan cascading untuk sebuah perusahaan swasta yang ternyata
hanya memerlukan sembilan langkah.
Sepuluh langkah
proses cascading, yaitu:
1. Tujuan Divisi (Analisis visi dan misi divisi)
Pada langkah awal proses cascading BSC perusahaan ke divisi, perlu
dilakukan studi atas divisi tersebut, yang meliputi analisis visi dan misi
divisi. Tentu saja visi dan misi divisi harus sejalan dengan perusahaan dan
umumnya lebih spesifik daripada visi dan misi perusahaan.
2.
Relevansi Divisi (Mengidentifikasi Kontribusi dan pengaruh
divisi terhadap peta strategi perusahaan)
Pada langkah
kedua ini manajemen harus mempelajadi peta strategi perusahaan dengan seksama.
Kemudian mereka mempelajari hubungan atau keterkaitan antara Sasaran Strategis
(SS) yang ada dipeta strategi perusahaan dengan tugas pokok dan proses-proses
inti (core process) dari fungsi
divisi. Lalu mereka memilah SS mana yang berkaitan dengan divisi tersebut dan
SS mana yang kurang atau tidak relevan dengan divisi tersebut. Keterkaitan
disini sifatnya langsung. Artinya, akan dicari SS di tingkat perusahaan yang
dapat didukung pencapaiannya secara langsung atas dasar kontribusi dan hasil
kerja divisi itu.
3. Palanggan divisi (mengidentifikasi “pelanggan” divisi)
Pada langkah ketiga, pelanggan yang dilayani oleh divisi diidentifikasi
dengan cermat. Berdasarkan pengalaman GML dalam membantu penerapan BSC di
berbagai perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan publik, masih ada
yang beranggapan bahwa yang dimaksud pelanggan hanya terbatas pada klien yang
membeli jasa atau produk mereka saja. “Pelanggan” di sini diberi tanda kutip karena
mencakup pelanggan secara keseluruhan, yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan
internal dari divisi yang bersangkutan. Pelanggan eksternal adalah pelanggan
yang ada di luar perusahaan. Pelangan internal adalah pelanggan yang ada di
dalam lingkup perusahaan, tetapi di luar divisi yang bersangkutan. Proses
identifikasi pelanggan ini untuk memahami siapa pelanggan utama divisi
tersebut.
4.
Aktivitas Divisi (Mengidentifikasi Tugas Pokok dari Divisi)
Pada langkah
keempat ini, tugas pokok atau proses-proses inti yang dijalankan oleh divisi
tersebut diientifikasi secara seksama. Proses inti di sini merupakan aktivitas
atau tugas utama yang dijalankan oleh divisi tersebut, dan hasilnya memberi
pengaruh secara langsung terhadap pemenuhan kebutuhan para pelanggannya.
Setelah tugas pokok atau proses inti ini teridentifikasi, dilakukan
identifikasi atas output utama yang
dihasilkan oleh setiap tugas pokok tersebut.
5. Identifikasi Harapan Pelanggan (Mentabulasi Output, Pelanggan dan Harapan
Pelanggan)
Setelah langkah pertama sampai keempat selesai dilakukan, dilakukan sinergi
antara langkah kedua dan ketiga. Di langkah kelima ini, setiap output dari langkah ketiga dihubungkan
degan pelanggan yang relevan dari daftar pelanggan yang ada di langkah kedua,
lalu ditambahkan ekspektasi dari pelanggan tersebut atas output yang dihasilkan. Ketiga hal tersebut kemudian ditabulasi
agar kaitan yang satu dengan yang lain dapat terlihat dengan jelas.
6. Cascading SS Perusahaan ke Divisi (Mereview langkah #1, dan
mengidentifikasi SS yang harus diturunkan ke divisi, lalu menentukan SS
tambahan yang diperlukan divisi)
Mulai langkah keenam, kita memasuki tahapan di mana peta strategi divisi
akan disusun. Sama seperti peta strategi perusahaan, bagan peta
strategi di tingkat divisi juga dibagi atas 4 perspektif, tetapi karena
fungsinya sebagai divisi pendukung. Perspektif finansial tidak diletakkan di
bagian teratas tetapi sejajar dengan perspektif pelanggan. Proses cascading SS
ke dalam peta strategi divisi perlu dicermati. Umumnya SS yang ada di
perspektif tertentu di peta strategi perusahaan ketika diturunkan ke peta
strategi divisi, akan masuk ke perspektif yang sama. Tetapi SS tersebut mungkin
juga masuk ke perspektif yang berbeda. Yang penting dari perpindahan ini adalah
bagian dari proses kerja dari divisi yang bersangkutan atau cenderung merupakan
output dari divisi yang bersangkutan.
7. Memperhatikan Isu-Isu Lokal (Lihat kembali langkah 2, 3, 4, 5, dan
mengembangkan SS perspektif pelanggan dan keuangan untuk divisi tersebut,
kemudian perspektif proses bisnis internal maupun pembelajaran dan pertumbuhan)
Langkah ketujuh secara garis besar berupa serangkaian proses untuk
melengkapi peta strategi. Langkah ketujuh ini diawali dengan melihat kembali
hasil analisis dari langkah ke-2, 3, 4, dan 5 yang telah dilalui. Dengan
menggunakan hasil analisis tersebut, kita kembali ke peta strategi divisi yang
bersangkutan yang sebagian kecil mulai dibangun di langkah keenam. Dalam
tahapan ini peta strategi divisi yang bersangkutan itu dilengkapi dengan menambahkan
SS yang relevan dengan divisi tersebut.
Pengembangan SS dimulai dengan merumuskan SS diperspektif pelanggan dan
perspektif keuangan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan merumuskan SS di
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Dianjurkan untuk menyusun SS dari perspektif yang ada di atas ke perspektif
yang ada dibawah untuk memastikan penentuan outcome
(perspektif finansial dan perspektif pelanggan) yang ingin dicapai sebelum
kita menentukan cara mencapainya (perspektif bisnis internal dan prespektif
pembelajaran dan pertumbuhan). Dalam penentuan outcome, kita harus selalu mengacu
kepada visi dan misi divisi.
8. Konsolidasi dan Tes Logika (Menyusun Peta Strategi Divisi)
Setelah semua SS – baik SS yang langsung diturunkan dari peta strategi
perusahaan ke peta strategi divisi yang bersangkutan, maupun SS yang telah
ditentukan di langkah ketujuh – ada pada tempatnya (pada pespektif yang
sesuai), maka pada langkah kedelapan ini kita akan melengkapi peta strategi
divisi. Pada langkah ini dilakukan proses identifikasi garis hubungan
sebab-akibat di antara SS yang telah disusun untuk membentuk peta strategi
divisi itu. Penyusunan garis hubungan sebab-akibat sebaiknya berfokus pada
hubungan yang bersifat langsung, selain harus berhubungan langsung, garis
hubungan sebab-akibat juga berpedoman pada prinsip kesederhanaan. Dalam hal ini,
prinsip yang berlaku adalah “Keep the
Strategy Map as Simple as posibble”. Kita juga dapat mengingatnya dengan
menggunakan teori populer manajemen yaitu Keep
It Simple (KIS).
Setelah garis
penghubung sebab-akibat selesai dibuat, dilakukan final check atau pemeriksaan tahap akhir. Untuk melakukan final check, ajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
·
Apakah peta strategi divisi telah menunjang pencapaian SS di
tingkat perusahaan yang relevan?
·
Apakah peta strategi divisi yang disusun telah merefleksikan
“kata-kata kunci” dalam visi dan misi divisi (jika divisi yang bersangkutan
memiliki visi dan misi)?
·
Apakah peta strategi divisi yang disusun telah
mempertimbangkan ekspektasi utama dari pelannggan divisi(merujuk pada langkah
kelima)?
·
Apakah semua outcome di divisi telah memiliki SS Bisnis Proses dan
Pembelajaran & Pertumbuhan yang menunjang pencapaian outcome SS tersebut?
9.
Memilih KPI (Mengidentifikasikan dan mendefinisikan KPI untuk
setiap SS)
Sama seperti
konsep membangun balanced scorecard untuk tingkat perusahaan, setelah selesai
membangun peta strategi beserta SS untuk tingkat divisi, kini kita perlu
mengidentifikasi dan menentukan KPI untuk setaip SS yang diajukan. Proses identifikasi dan penentuan KPI inilah yang akan kita kerjakan di
langkah kesembilan ini.
Tiper-tipe KPI dan cara menentukannya
BSC
secara lengkap terdiri atas peta strategi (yang didalamnya terdapat sejumlah
SS), KPI, Target dan Inisiatif Strategis. Setelah selesai menyusun peta
strategi, kita perlu menentukan KPI atau juga disebut dengan measures atau ukuran. KPI adalah
indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja. Ini penting sekali,
karena SS yang telah tersusun dengan indah di peta strategi perlu dipantau dan
diukur pencapainnya.
Secara best practice, dianjurkan agar setiap SS
memiliki 1 sampai 2 KPI, dan secara total sebuah peta strategi perusahaan
hendaknya tidak melebihi 30 KPI. Pembatasan ini dilakukan karena jumlah KPI
yang terlalu banyak malah akan membuat mereka tidak fpkus dalam pencapaian SS.
Menentukan
KPI bagi sebagian orang bukanlah hal mudah. Terlebih lagi bila dikerjakan oleh
sebuah tim yang terdiri atas beberapa orang yang masing-masing mempunyai persepsi
sendiri-sendiri. Untuk menghindari kerancuan, setidaknya ada beberapa hal yang
dapat dicermati dalam menentukan KPI, misalnya, bahwa KPI itu memiliki 4
tingkatan yaitu KPI Eksak, Proksi, Aktivitas dan Proyek.
KPI
Eksak adalah ukuran yang ideal untuk mengukur hasil pencapaian SS yang
diharapakan. Meskipun ideal, kadang KPI Eksak sulit untuk dilakukan apalagi
bila pengukurannya perlu dilakukan dalam frekuensi yang tinggi (sering) karena
pengukuran KPI eksak ini membutuhkan proses, waktu dan biaya yang tidak
sedikit.
KPI
Proksi adalah indikator yang mengukur hasil tidak langsung, tetapi lewat
sesuatu yang mewakili hal tersebut. KPI ini memang tidak mengukur seakurat KPI
eksak tetapi lebih memungkinkan untuk dilakukan pengukurannya karena proses,
waktu dan biaya yang diperlukan tidak sekompleks KPI eksak.
KPI
aktivitas adalah KPI yang mengukur jumlah, biaya, dan waktu dari
kegiatan-kegiatan yang berdampak pada SS yang bersangkutan. KPI Proyek
merupakan KPI yang kualitasnya terendah dibanding KPI lainnya, karena KPI ini
bersifat tidak langsung. KPI ini tidak mengukur kemajuan pencapaian KPI secara
langsung, tetapi hanya mengukur progres kemajuan dari program-program inisiatif
yang telah dicanangkan.
10.
Menentukan Target dan Insiatif Strategi
(Menentukan target KPI dan Insiatif Strategis untuk setiap SS)
Berkaitan
dengan target, setiap KPI yang telah dibangun di langkah sebelumnya di langkah
kesepuluh ini diberi target agar dapat dipantau proses pencapainnya. Setelah
itu KPI juga dilengkapi dengan Inisiaif Strategi (IS) dalam pencapaian target.
KPI dan target memiliki hubungan yang sangat erat. Eratnya hubungan itu
dapat diibaratkan dengan hubungan antara “porsi makan” (KPI) dan “kenyang”
(target), di mana kita mengukur porsi makan untuk mencapai target kenyang
tersebut. Semakin banyak makanan yang kita makan, kita akan semakin merasa
kenyang, yang berarti semakin tinggi tingkat pencapaian atas target kenyang.
Bila kita makan terlalu banyak, kita akan kekenyangan, yang berarti melebihi
target (over target). Definisi target
adalah suat ukuran yang ingin dicapai dakam janka waktu tertentu. Berkaitan
dengan penerapan balanced scorecard, target dibuat untuk jangka waktu satu
tahun, atau disebut dengan perencanaan tahunan. Sementara pemantauan target
dapat dilakukan dalam periode bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.
Berkaitan dengan besarnya target, ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk
menentukannya, antara lain: pencapaian di masa lalu; keinginan stakeholder
(angka target ditentukan langsung oleh stakeholder) atau; rujukan pada kondisi
internal maupun eksternal organisasi. Yang paling umum dijadikan ukuran target
adalah ukuran pencapaian kinerja di masa lalu yang dapal perhitungannya
terdapat beberapa tipe yaitu:
Baseline, dalam
perhitungan ini target di masa lalu dijadikan patokan dasar (baseline) dalam penentuan target tahun
berikutnya. Traditional target adalah
penentuan target yang paling kerap digunakan. Perhitungannya dibuat berdasarkan
baseline dan ditambahkan 10% dari
ukuran baseline tersebut. Angka 10%
ini berasal dari rata-rata kenaikan inflasi tahunan.
Stretch target
adalah suatu besaran target yang sifatnya elastis. Target ini besarnya 50% di
atas target baseline atau angka yang
dianggap jauh menantang di atas angka tradisional atau pertumbuhan industri. Best Possible target yang besarnya
dibuat secara eksponensial dari tahun target tahun sebelumnya. Target ini
merupakan target maksimum atau batasan atas dari target yang ingin dicapai.
Target ini akan dianggap terlalu tinggi bagi orang-orang yang berpola pikir
konservatif dan pesimistis. Karena itu dikatakan bahwa target ini adalah target
yang paling baik yang mungkin dapat tercapai.
2 comments:
Sebaiknya dicantumkan juga bahwa penulis 10 step by step cascading BSC itu bapak Suwardi Luis dan Prima A.Biromo tahun 2007. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama agar tulisan anda tdk termasuk plagiarism
Terima kasih atas sharingnya
Post a Comment